Masa muda yang aneh,hanya buku,teori-teori para pemikir terkemuka di dunia,miras,rokok,dan teman-teman nongkrong di warung kopi,mengamen,dan tak lupa tawuran yang gak jelas.Masa muda yang kulewati tanpa adanya seorang wanita yang menjadi dambaan hati,.yang paling tidak akan membasahi keringnya hati ini akan kasih sayang seorang kekasih yang menyayangi kita.Rasa iri selalu terlintas bila melihat teman-teman yang sedang memadu kasih dengan pasangannya.
Selalu merasa diri ini menjadi pecundang bila dalam urusan wanita.Banyak kesempatan yang ku dapat untuk mulai belajar memadu kasih dengan kaum hawa,namun semuanya hilang dan terbang seakan terus menjauh karena bodohnya diri ini.Terus menjadi bahan tertawaan oleh teman-teman bila sedang berbicara tentang perempuan.Ahh…biarlah,mungkin Tuhan punya rencana lain untukku,dengan tidak memberi anugerah berupa teman wanita pada saat ini.Tuhan mungkin sudah mempersiapkan yang lebih baik untuk diri ini.Dia tidak ingin aku terjebak dalam lembah kenistaan yang disebabkan oleh wanita.Meskipun, diri ini seorang yang akrab dengan dunia malam,miras,dan hal-hal negatif lainnya ,Tuhan masih berbaik hati padaku dengan menyelamatkanku dari dosa yang bersumber pada keelokan paras dan tubuh wanita,meski mata ini masih saja mencuri pandang dengan mengagumi keindahan tubuh wanita.
Bukanlah dosa atau tidak sopan kalu seseorang mengagumi seorang wanita cantik.Dan aku tak malu berbuat begitu,karena dengan melakukan itu pada hakikatnya aku memuji Tuhan dan memuji apa yang telah diciptakannya.(Soekarno)
Senin, 29 Maret 2010
Unas dan generasi yang dihasilkannya…
22-26 Maret adalah hari-hari yang menentukan bagiku dan bagi seluruh kawan-kawan SMA/SMK/MA yang berada di seantero negri ini.Hari-hari itu terasa amat menegangkan,terutama pada hari pertama penyelenggaraan Ujian Nasional.Ya,inilah Ujian Nasional,ujian yang menentukan nasib saya selama belajar 3 tahun di SMA.Sebagai salah satu dari sekian ribu peserta Unas SMA tahun ini,saya khawatir Unas dan pelaksanaannya yang menyedot dana hingga ratusan juta ini lebih banyak menimbulkan efek negatif daripada manfaatnya.terutama terkait dengan pembentukan mental peserta Unas.Saya berani berkata demikian karena saya pun merasakan atmosfir Unas pada tahun ini.Yang dimana Unas mendorong siswa untuk menghalalkan segala cara demi mencapai kelulusan.Bahkan para siswa tidak sungkan mencari bocoran.Padahal tiada gunanya lulus bila kita tidak berhasil mencuri sedikit ilmu dari sekolah.Inilah salah satu contoh dari tidak lagi dihargainya sebuah proses.Mereka hanya mengejar hasil akhir.Namun,di jaman edan seperti ini,kalau tidak ikut edan tidak bakalan kebagian.Meski dengan sombongnya diatas saya menuliskan untuk menghargai sebuah proses,namun sebagai seorang manusia saya tidak munafik,saya juga menginginkan hasil akhir yang memuaskan tanpa proses yang berbelit-belit.
Semua ini terjadi karena Unas dijadikan “gong”penentu kelulusan seorang siswa.Seharusnya lulus atau tidaknya peserta didik adalah otoritas dari guru,karena merekalah yang mengetahui keseharian dan kemampuan anak didik,bukannya Unas.Kalau saja sistem Unas masih saja digunakan barang beberapa tahun kedepan,saya yakin generasi yang dihasilkan akan menjadi generasi yang hanya menginginkan sesuatu yang serba instan dan cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan ,generasi yang tidak lagi menghargai sebuah proses untuk menuju keberhasilan yang gilang-gemilang.Andai saja Unas tidak dievaluasi atau diperbaiki,sistem itu hanya akan melahirkan generasi yang pragmatis,bisa ambruk negara ini.
Selasa, 16 Maret 2010
Mengapa Costeau Jadi Muallaf Setelah Temukan Sungai di Bawah Laut?
SAYA kagum membaca kisah penemuan sungai di bawah laut, dan terperangah ketika mengetahui bahwa penemunya, Mr. Jacques Yves Costeau, jadi muallaf. Ada secuil pertanyaan yang terbesit: siapakah Mr.Jacques? Mengapa ia memilih masuk Islam setelah menemukan sungai di bawah laut?
Menurut Wikipedia, Jacques-Yves Cousteau yang lahir 11 Juni 1910 di Saint-André-de-Cubzac, Perancis, adalah perwira di AL Perancis. Ia seorang oseanografer, dan peneliti serta anggota Académie française. Bersama Emile Gagnan ia bertanggung jawab membuka mata manusia pada dunia bawah air. Mereka mencipta alat pernapasan bawah air berdasarkan muatan udara yang dimampatkan dan disimpan dalam tangki yang dikenal sebagai paru-paru airAqua-lung (SCUBA).
Sebelum ini, penyelam terpaksa mengenakan pakaian yang mempunyai saluran udara yang bersambung dengan permukaan air. Ini membatasi gerak mereka. Aqua-Lung memungkinkan mereka bergerak bebas. Aqua-Lung telah digunakan oleh pihak Sekutu untuk membersihkan perairan internasional dari periuk api musuh semasa Perang Dunia II. Jacques Costeau juga mereka teknik penggambaran bawah air yang digunakan olehnya untuk menghasilkan film dokumenter mengenai kehidupan di sana. Film-filmnya membuka mata orang banyak mengenai adanya keragaman kehidupan di bawah air.
Costeau boleh dikata adalah penjelajah bawah laut. Dari eskplorasi ke eksplorasi, hingga pada suatu ketika tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya, yang kemudian dikenal sebagai sungai di bawah laut.
Pada awalnya, Jackques berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayannya semata saat menyelam. Namun demikian rasa penasaran ini senantiasa menggodanya setiap saat. Berbagai pertanyaan yang bergelayut dalam benaknya itu tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Menemukan jawabannya memang bukan hal yang mudah, hingga pada suatu saat Jacques bertemu dengan seorang profesor Muslim. Setelah menceritakan fenomena ini, Sang Profesor pun mengingatkan pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, Costeau merasakan sebuah pesona yang luar biasa.Ia kagum, melebihi kekagumannya saat menemukan pemandangan ajaib di bawah lautan yang dalam itu. Dalam pikiran Costeau, Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20 ini pun menjadi mukjizat bagi Costeau. Dan seketika itu pula ia lantas meyakini bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Berangkat dari sini, Mr. Costeau yang meninggal dunia di Paris 25 Juni 1997 itu pun mendapat hidayah dan memeluk Islam.
Jumat, 05 Maret 2010
Kata tentang Hujan…
Hujan turun tanpa terlebih dahulu membuat janji
Menghapus debu hasil persetubuhan sinar sang surya dengan bumi
Memberi sececah harapan sekaligus ancaman bagi para petani
Memberi nafas baru bagi kelangsungan hidup semua makhluk
Menjadikan hari ini ramai dengan nyanyian kodok,
yang terus bernyanyi tanpa dikomando
Hujan dijadikannya berkah bagi penyedia jasa ojek payung,yang sangat cerdik memanfaatkan momen hujan ini untuk mendulang rupiah
Hujan adalah nyanyian alam
Benturan antara jutaan tetesan air hujan dengan bumi,seakan menggantikan bisingnya mesin-mesin kendaraan dijalan untuk sementara.
Memberi rasa damai bagi siapapun yang dapat mendengarkan nyanyian dari alam.
Langganan:
Postingan (Atom)